PERKEMBANGAN EMOSI BATITA
Bila kita memahami latar belakangnya, mengatasi hal apa pun tentu akan lebih mudah, termasuk perilaku egosentris dan negativistik anak. Berikut perkembangan emosi anak usia batita.
* Usia 1-2 tahun
- Egosentris
Anak masih berpikir dan memandang sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Ketika dia menginginkan sesuatu maka harus terpenuhi saat itu juga tanpa memikirkan akibat bagi dirinya maupun orang lain. Misalnya, ketika menginginkan mainan yang dipegang temannya akan langsung direbut. Hal ini dikarenakan batita hanya berpikir satu arah, dari dan ke arah dirinya sendiri. Pahami "keegoisan" ini sebagai salah satu tahap perkembangan emosinya dan buang pikiran yang menuduh anak ingin menang sendiri.
- Temper Tantrum
Pada anak sulit, temper tantrum sering kali melekat. Tempramennya mudah sekali meledak, umumnya terjadi pada anak usia 1-2 tahun yang belum lancar bicara. Karena belum lancar bicara makanya gampang frustrasi lantaran tak dapat mengungkapkan keinginannya dengan jelas. Dia hanya bisa berteriak-teriak, berguling, menangis keras, dan sebagainya. Namun pada anak yang dasarnya bersifat kalem, temper tantrum umumnya jarang ditemui.
* USIA 2-3 TAHUN
- Negativistik
Pernahkan menemukan anak usia 2 tahun ke atas ngambek ketika dilarang makan es krim. Hal ini dikarenakan anak usia di atas 30 bulan sudah mampu berespons secara emosional terhadap sesuatu yang salah atau menurutnya tak sesuai. Dia akan cemberut, membanting benda yang dipegangnya, menangis, memukul orangtuanya dan sebagainya bila tak dipenuhi keinginannya. Inilah yang dinamakan perilaku negativistik. Meskipun negatif namun ini adalah fase normal yang harus dilalui dalam tahapan pertumbuhan anak.
- Prososial
Mulai usia 2 tahunan, anak mulai mengembangkan tingkah laku prososial. Dia mulai belajar beradaptasi, berinteraksi, termasuk belajar sharing dengan lingkungannya. Maka dari itu, dukunglah perkembangannya ini dengan menjadi model yang positif bagi anak. Kita bisa melakukannya lewat hal-hal sederhana, misalnya meminta anak memberikan uang kepada pengemis, bermain bersama-sama tanpa terus-menerus ribut dan hindari tindakan negatif, termasuk berkata kasar.
- Agresif
Ada dua jenis sifat agresif, instrumental aggression dan hostile aggression. Intrumental aggression umumnya dialami anak usia 2 tahun ke bawah sebagai pengekspresian emosinya. Dia berperilaku agresif sebagai instrumen guna memperoleh sesuatu. Sedangkan di usia 2 tahun ke atas, anak sudah bisa melakukan hostile aggression, yakni sikap agresif yang ditujukan ke orang lain karena dorongan rasa kesal atau marah. Perilaku yang muncul bisa berupa pukulan, tendangan, atak kata-kata kasar. Umumnya sikap agresif ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki ketimbang anak perempuan.
Irfan Hasuki. Ilustrator: Pugoeh
Narasumber:
Indri Savitri, Psi
dari LPT UI Jakarta
Minggu, 19 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar